KUPANG- Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup (WALHI), Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Umbu Wulang Tanaamahu Paranggi menilai Calon Gubernur (Cagub) yang berlaga dalam kontestasi pilgub NTT 2018 ini lebih banyak Obral janji soal isu isu populis saja seperti kesehatan, infrastruktur, ekonomi dan pendidikan. Sementara isu-isu strategis yang berkaitan dengan perlindungan lingkungan hidup diabaikan.
Padahal bencana ekologis terus meningkat 15 sampai 20 % setiap tahunnya dan juga angka kasus konflik rakyat yang mempertahankan lahan kelolanya dengan perusahan/pemerintah terus meningkat.
“Untuk itu, kami mengajak rakyat pemilih di NTT untuk mempertanyakan Visi tersebut kepada para Cagub dalam arena kampanye maupun debat,” ujar Umbu dalam keterangan tertulisnya Dalam Rangka Perayaan Hari Lingkungan Hidup Sedunia “PILGUB NTT, BACAGUB GAGAL PERTUNJUKKAN VISI PERLINDUNGAN PADA WILAYAH KELOLA RAKYAT DAN LINGKUNGAN HIDUP” Selasa (5/6).
Menurutnya, Pilgub NTT masih jauh dari harapan dalam mempertunjukkan komitmen para Cagub untuk melindungi keselamatan daya dukung alam dan rakyatnya. Terbukti, para Cagub tidak ada satu pun yang menawarkan visi dan program program kepada masyarakat yang menjamin masyarakat atas lingkungan hidup yang sehat dan progaram perlindungan wilayah keloala rakyat.
“Padahal bencana ekologis terus meningkat 15 sampai 20 % setiap tahunnya dan juga angka kasus konflik rakyat yang mempertahankan lahan kelolanya dengan perusahan/pemerintah terus meningkat,” ujarnya.
Salah satu bukti minimnya perhatian para Cagub NTT terhadap isu lingkungan tercermin dari sikap mereka atas kematian Petani Pejuang, Poro Duka dan proyek rekalamasi di Pesisir Balauring, Larantuka. Padahal, kasus kematian Poro Duka dan Kasus Reklamasi di Lembata terjadi saat hiruk pikuk politik pemilihan Gubernur NTT 2018-2023 tengah berlangsung.
Bahkan jelasnya, dalam arena debat dan kampanye kandidat tidak satupun calon yang mengemukan visinya perlindungan wilayah kelola rakyat dan lingkungan hidup. Justru, para kandidat lebih sibuk memberikan mimpi mimpi kesejahteraan.
“Mirisnya, mimpi kesejahteraan tersebut dalam lingkup pertanian, peternakan yang notabene kedua bidang tersebut hanya bisa berkembang bila ada wilayah kelola rakyat yang baik dan daya dukung lingkungan yang memadai,” imbuhnya.
Komentari tentang post ini