JAKARTA-Kendati pasar saham Indonesia bergerak relatif mendatar sepanjang tahun ini, namun dari perspektif makroekonomi, Indonesia sebagai pasar yang atraktif bagi investor saham.
“Tahun ini kita melihat inflasi domestik terus melandai, sementara pertumbuhan ekonomi menguat. Ini adalah kondisi unik yang seharusnya ideal bagi pasar saham,” urai Senior Portfolio Manager, Equity PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI), Samuel Kesuma, CFA di Jakarta, Minggu (17/9).
Dari sisi pertumbuhan laba emiten, dia juga melihat kinerjanya baik, sesuai dengan harapan, sehingga bukan menjadi faktor negatif yang membayangi sentimen.
“Mungkin terdapat faktor eksternal yang mempengaruhi minat investor domestik seperti ketidakpastian kebijakan suku bunga The Fed, kekhawatiran resesi global, ataupun efek crowding out dari penerbitan SBN ritel yang menyerap likuiditas dari pasar saham,” tegasnya.
Saat ini dia melihat valuasi pasar saham Indonesia pada level yang sangat atraktif, berdasarkan PE ratio di level 12x, atau 22% lebih rendah dari rata-rata historis.
“Jadi apabila terdapat pembalikan sentimen di pasar, kami melihat potensi upside yang tinggi di pasar saham,” imbuhnya.
Beberapa faktor yang dapat menjadi katalis bagi pasar adalah perubahan postur kebijakan The Fed di mana terdapat indikasi suku bunga tidak naik lagi.
“Selain itu kondisi ekonomi Indonesia yang tetap stabil dapat mengembalikan minat investor domestik terhadap pasar saham,” pungkasnya.
Komentari tentang post ini