Padahal, dia sudah mendedikasikan diri untuk menjaga lingkungannya tetap bersih.
Sambil berurai air mata, Gunawan bercerita soal dirinya yang tidak pernah mendapatkan Bansos BLT hingga Bansos Sembako.
“Sekarang saya hidup sendiri. Dari lahir di Jakarta, BLT dihapus dan Bansos hilang, alasannya rumah saya enggak masuk data penerima,” ujar Gunawan sambil berurai air mata.
Lalu, Saman, pemulung asal Utan Kayu menyampaikan keluhan soal Kartu Jakarta Pintar (KJP) yang belum didapatkan oleh rekan-rekannya sesama profesi.
“Kalau bisa saya minta tolong kepada Bapak dan Ibu dari PDIP, saya hanya mewakili teman-teman saya yang ada di Jakarta Timur, dinas kebersihan, dan tukang sampah soal KJP. Teman-teman saya yang anaknya belum dapat KJP. Memang KTPnya Jakarta, tapi ada yang dihapus ada yang belum dapat,” ungkap Saman.
Kemudian, Saidi, pemulung asal Klender menceritakan soal pendapatannya yang tidak menentu setiap bulannya.
Sebab, selama ini dia tidak mendapatkan gaji.
Saidi mengaku hanya mendapat penghasilan dari pemberian warga dan menjual barang rongsoknya.
Bahkan, dia menyebut bahwa penghasilannya hanya Rp 500 ribu perbulan.
Padahal, dirinya harus memenuhi kebutuhan rumah tangga serta anak-anaknya bersekolah.