JAKARTA-PDI Perjuangan memberi sejumlah catatan terhadap pidato Nota Keuangan dan RAPBN 2010 yang disampaikan Presiden Joko Widodo di Jakarta, Kamis (16/8).
Secara keseluruhan, data ekonomi yang disampaikan PDI Perjuangan ini tidak berbeda jauh dengan data yang disampaikan pemerintah.
Namun, salah satu yang mendapat perhatian PDIP adalah soal target pertumbuhan ekonomi.
Terlihat pemerintah tidak confident dengan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2020.
Padahal, seharusnya Pemerintah bisa lebih optimis, karena berada pada awal periode Pemerintahan, tim ekonomi bisa mengambil banyak pengalaman selama periode pemerintahan sebelumnya.
Pertumbuhan ekonomi pada kisaran 5 persen tidak cukup kuat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Berikut catatan Wakil Ketua Banggar DPR RI, MH Said Abdullah yang juga politisi senior PDI Perjuangan ini.
1. Target pertumbuhan ekonomi dalam RAPBN 2020 diusulkan sebesar 5,3 persen.
Meningkat dari outlook pertumbuhan ekonomi tahun 2019 sebesar 5,2 persen.
Dengan melihat trend perkembangan ekonomi global yang melambat dan pertumbuhan ekonomi nasional hingga akhir tahun 2019 yang belum terlalu menggembirakan.
Terlihat pemerintah tidak confident dengan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2020. Seharusnya Pemerintah bisa lebih optimis, karena berada pada awal periode Pemerintahan, tim ekonomi bisa mengambil banyak pengalaman selama periode pemerintahan sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi pada kisaran 5 persen tidak cukup kuat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
2. Pertumbuhan Ekonomi pada tahun 2020 masih bergantung pada konsumsi rumah tangga.
Sama seperti pertumbuhan ekonomi tahun 2019, masih ditopang oleh konsumsi rumah tangga.
Investasi dan kinerja ekspor dan impor belum menunjukkan kinerja yang signifikan.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia masih berada dalam “jebakan pertumbuhan 5 persen”. Perlu ada terobosan kebijakan untuk menaikkan angka pertumbuhan menjadi 6%.
Sehingga akan bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Mendorong investasi dan kebijakan industri yang tepat adalah kunci mendorong pertumbuhan ekonomi lebih baik.
3. Proyeksi inflasi pada RAPBN 2020 diperkirakan sebesar 3,1 persen, sama dengan outlook tahun 2019 sebesar 3,1 persen.
Perlu disadari bahwa rendahnya angka inflasi tidak hanya karena kemampuan Pemerintah dalam menjaga, tapi bisa juga disebabkan karena daya beli masyarakat yang rendah, hal ini terlihat dari pertumbuhan konsumsi yang stagnan pada kisaran 5%.
Momentum inflasi rendah harusnya bisa dimanfaatkan untuk menstimulus kegiatan ekonomi guna mendorong pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan konsumsi.
4. Target suku bunga SPN 3 Bulan dalam RAPBN 2020 diperkirakan sebesar 5,4 persen.
Mengalami penurunan dibandingkan outlook tahun 2019 sebesar 5,6 persen.
Pemerintah mulai menyadari penurunan suku bunga SPN 3 Bulan akan bisa mengurangi beban pemerintah dalam pembiayaan dan diharapkan bisa menjadi stimulus bagi sektor riil.
Komentari tentang post ini