“Peringkat TPIA dapat diturunkan jika kami melihat ada penurunan secara terus-menerus dalam profil keuangan perusahaan, karena marjin laba yang lebih lemah dari perkiraan,” katanya.
Marjin laba yang lebih lemah tersebut merupakan akibat dari kenaikan harga bahan baku dan penurunan harga produk.
“Hal ini dapat diakibatkan dari permintaan untuk produk kimia yang lebih lemah dari yang diantisipasi, terutama di pasar domestik yang menjadi fokus TPIA. Selain itu, karena percepatan ekspansi kapasitas dari para pelaku industri, serta harga minyak yang lebih tinggi dari proyeksi,” tutur Umar.
Lebih lanjut Umar menambahkan, peringkat TPIA juga bisa berada di bawah tekanan, jika perusahaan melakukan ekspansi yang didanai dengan utang lebih tinggi dari proyeksi sebelumnya.
“Peringkat kami belum memperhitungkan rencana tambahan belanja modal yang didanai melalui utang untuk pembangunan konstruksi naphtha cracker kedua, karena masih belum terdapat keputusan investasi secara final,” ucap Umar.
Namun demikian, Pefindo bisa saja menaikkan peringkat TPIA, jika profil usaha perseroan semakin menguat secara signifikan dan perusahaan menyediakan diversifikasi produk dan pasar yang lebih baik, sehingga dapat mengurangi volatilitas marjin dengan tetap mempertahankan struktur permodalan yang konservatif.
Komentari tentang post ini