Selain itu, Pefindo juga merevisi prospek peringkat perusahaan menjadi “negatif” dari “creditwatch dengan implikasi negatif”, setelah realisasi pembayaran amortisasi pokok.
Prospek negatif mencerminkan profil kredit GIAA yang dinilai masih lemah dan rentan terhadap perburukan di tengah kenaikan kasus infeksi Covid-19 dan implementasi kembali Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di DKI Jakarta.
Kondisi tersebut, dikhawatirkan dapat membalikkan tren kenaikan permintaan penerbangan domestik dan memberikan tekanan tambahan bagi arus kas dan posisi likuiditas GIAA dan KIK-EBA.
“Dalam pandangan kami, hal ini lebih dominan daripada pengumuman pembukaan penerbangan internasional sebagian oleh pemerintah Arab Saudi, karena ada ketidakjelasan dalam waktu dekat bahwa pengumuman ini berarti berlanjutnya kembali penerbangan dari Jedah dan Madinah ke Indonesia dan sebaliknya.”
Pefindo menambahkan, terdapat pula kemungkinan penundaan realisasi program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) senilai Rp8,5 triliun yang diestimasikan bisa mendukung operasi GIAA untuk 3-6 bulan ke depan.
Komentari tentang post ini