JAKARTA-Pengamat ekonomi Ec-Think Indonesia, Telisa Aulia Feliyanti mengatakan pemangkasan peringkat utang Indonesia dari positif menjadi stabil versi Standard and Poor’s (S&P) terjadi akibat ketidakjelasan kebijakan pemerintah dalam mengambil langkah mengurangi subsidi. Jika persoalan BBM bersubsidi ini berlarut-larut maka bisa berdampak negatif terhadap perekonomian Indonesia. “Kalau dibandingkan dengan Filipina yang mendapat kenaikan peringkat menjadi investment grade, jelas perekonomian Indonesia lebih baik. Potensi ekonomi kita besar. Namun momentum merealisasikan potensi itu terlewat karena kebijakan BBM yang tidak jelas” kata dia.
Menurut dia, tunurunya outlook utang RI juga disebabkan perekonomian Indonesia masih sangat tergantung kepada komoditas. Akibatnya perekonomian sangat tergantung pada fluktuasi harga komoditas di pasar dunia. “Padahal seharusnya ekonomi Indonesia sudah lebih didominasi sektor manufaktur,” kata dia.
Kendati demikian, dia menilai pengaruh penurunan prospek utang ini tidak terlalu besar berpengaruh bagi masuknya investasi ke Indonesia. “Penurunan investasi pasti ada, tetapi tidak terlalu besar,” jelas dia.