Intan berharap agar masyarakat tidak perlu resisten dengan muncul bisnis digital di Indonesia.
Justru dengan banyak bisnis start-up ini akan tercipta lapangan kerja baru.
Karena itu, Indonesia harus membentengi bisnis e-commercenya dari gempuran pemain Asing.
“Saya kira, tidak akan ada yang namanya Alibaba jika pemerintah China membiarkan Amazon bebas berekspansi ke China. Saat ini bahkan omzet Alibaba hampir 3 kali lipatnya Amazon. Tentu hal ini tidak akan terjadi tanpa adanya keberpihakan pemerintah China terhadap Alibaba,” ujarnya.
Saat ini, e-commerce China berhasil menjadi tuan rumah di negeri sendiri.
Selain ada potensi, juga karena bisnis digital lokalnya mempunyai keunggulan dan paham kebutuhan masyarakat negara Tirai Bambu ini.
“Kita bisa melihat betapa susahnya Google, Facebook, Yahoo dan Uber menembus pasar lokal Tiongkok,” terangnya.
Menurut Intan, pemerintah Indonesia harus punya keberanian memproteksi binis e-commercenya.
Keberpihakan pemerintah China terhadap pebinis digital lokal telah melahirkan raksasa-raksasa digital paling hebat di dunia seperti Alibaba, Baidu, Tencent dan Didi Chuxing.
“Tidak untuk meniru tapi sekedar memberi referensi bahwa pemerintah Indonesia harus melakukan sesuatu untuk perkembangan start-up lokal di negara ini,” ucapnya.
Secara terpisah, Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (UI) Ari Kuncoro melihat, pelaku usaha lokal e-commerce, khususnya pelaku kecil tidak menikmati secara langsung porsi kue ekonomi digital di Indonesia.
Komentari tentang post ini