Saat ini, tingkat literasi atau akses keuangan di Indonesia hanya 20 persen, jauh lebih rendah dibanding Filipina yang mencapai 27 persen, Malaysia 66 persen, Thailand 73 persen, dan Singapura 98 persen.
Literasi keuangan disusun atas dasar masih minimnya masyarakat Indonesia yang mengerti dan memanfaatkan lembaga keuangan. Padahal tingkat pengetahuan keuangan menjadi sangat penting bagi kehidupan masyarakat sekaligus membantu pertumbuhan ekonomi negara. Karena itu, pemerintah meminta seluruh pemangku kepentingan, khususnya lembaga keuangan, untuk turut menyukseskan program OJK tersebut.
Sementara itu, Ketua OJK Muliaman Hadad menilai pemahaman atau literasi masyarakat tentang keuangan masih rendah. Di antaranya pengetahuan tentang investasi dan transaksi.
OJK kata dia akan mensosialisasikan pemahaman atau literasi tentang keuangan untuk memberikan pembelajaran. “Memiliki sistem keuangan stabil dan mampu memberi kontribusi ke ekonomi adalah cita-cita kita bersama tapi masih ada masalah rendahnya literasi keuangan masyarakat kita. Program literasi keuangan ini memasukkan secara seimbang aspek perlindungan konsumen khususnya melalui edukasi pada masyarakat,” jelas Muliaman.