JAKARTA-Pemerintah diminta mewaspadai perkembangan ekonomi Indonesia menyusul tingginya tekanan eksternal yang menekan Balance Of Payment (BOP) Indonesia. Karena itu, fundamental ekonomi domestik perlu diperkuat agar memiliki daya tahan terhadap krisis. “Ekonomi kita memang belum bisa lepas dari bayang-bayang krisis global. Dan ini bisa berdampak negatif kalau ekonomi tidak dikelola secara prudent,” jelas JAKARTA-Pengamat ekonomi EC-Think Indonesia, Telisa Feliyanti di Jakarta, Senin (18/3).
Menurut dia, masih tingginya tekanan terhadap keseimbangan eksternal sejalan dengan masih kuatnya impor di tengah pelemahan ekonomi global harus diwaspadai. Saat ini saja, sejumlah sektor di Indonesia sudah terdampak krisis global. Sebagai contoh kata dia adanya lonjakan harga komoditas dalam negeri dan makin lesunya minat pembelian dari negara tujuan ekspor. “Inflasi yang naik dan juga nilai tukar rupiah terhadap dollar AS, saya kira tantangan yang ada di depan mata,” tutur dia.
Dia mengatakan tantangan bagi perekonomian Indonesia semakin berat karena itu, pemerintah harus memperkuat ekonomi domestik. Langkah yang harus dilakukan kata dia memperkuat aturan devisa. Ini dibarengi dengan upaya meningkatkan diversifikasi tujuan ekspor. “Kita harus menekan impor migas dengan menciptakan industri penyulingan minyak dan pengembangan energi alternatif, serta menekan impor pangan dengan menaikkan produktivitas pertanian,” tutur dia.