Bahkan kinerja keuangan IATA pada Kuartal I-2022 Q1-2022 masih lebih unggul dibandingkan dengan kinerja keuangan di sepanjang 2021.
Sebagaimana diketahui, BCR baru tercatat ke dalam laporan keuangan IATA mulai 1 Desember 2021.
Untuk periode yang berakhir 31 Desember 2021, IATA mencatatkan pendapatan mencapai USD17,2 juta, sedangkan EBITDA sebesar USD4,6 juta dan rugi bersih sebesar USD0,5 juta.
Dalam keterangannya, Hary Tanoe menyebutkan, BCR mencatatkan peningkatan produksi pada Kuartal I-2022 dibandingkan dengan Kuartal I-2021.
Pada Kuartal I-2022, total produksi BCT sebanyak 852.322 MT atau meningkat 95,4 persen (quarter-on-quarter) dibandingkan dengan 436.251 MT pada kuartal yang sama di 2021.
Jika dibandingkan dengan Kuartal IV-2021, produksi BCR meningkat 13,3 persen dari 752.299 MT. PT Putra Muba Coal (PMC) menyumbang 66,9 persen dari total produksi BCR di Kuartal I-2022.
Produksi pada 2022 diperkirakan terus meningkat, dengan penambahan dua area tambang baru di PT Indonesia Batu Prima Energi (IBPE) dan PT Arthaco Prima Energi (APE) yang akan beroperasi mulai Kuartal II-2022.
Komentari tentang post ini