JAKARTA-Calon Presiden (Capres) Prabowo Subianto akhirnya memilih Gibran Rakabuming Raka sebagai calon wakil presiden (cawapres).
Namun pilihan ke dinasti Jokowi ini menyebabkan Prabowo akan kehilangan suara di daerah yang menjadi basis Nahdatul Ulama (NU).
Direktur Eksekutif Institute for Democracy & Strategic Affairs (INDOSTRATEGIC), Ahmad Khoirul Umam menjelaskan di saat Capres Anies dan Ganjar mempertimbangkan variabel Nahdlatul Ulama (NU) sebagai entitas kekuatan politik dalam memilih Cawapres mereka, maka Prabowo sebaiknya juga mempertimbangkan variabel NU dalam memilih Cawapresnya.
Namun sayangnya, kekuatan NU tidak menjadi pertimbangan Prabowo.
Justru Prabowo memilih Gibran sebagai pendampingnya.
Hal ini menyebabkan, Prabowo akan kehilangan banyak suara di kantong NU.
“Meskipun Ketum PBNU Gus Yahya pernah menyatakan pihaknya “tidak akan jauh-jauh dari Jokowi” terkait Pilpres, namun besar kemungkinan Prabowo-Gibran akan kesulitan dan kerepotan betul dalam menjelaskan kepada para Kiai, jaringan santri dan basis-basis pesantren untuk memilih pasangan Prabowo-Gibran yang tidak merepresentasikan kaitan langsung dengan entitas kultural maupun struktural NU,” jelasnya.
Dampak lanjutan dari pemilihan Gibran ini kata Ahmad Khoirul Umammenilai Prabowo akan kehilangan basis dan kekuatan pemenangan di Jawa Timur yang dipercaya sebagai penentu kemenangan Pilpres.
“Prabowo memiliki basis kuat di Jawa Barat dan Banten, maka untuk tampil lebih kompetitif, Prabowo sebaiknya memilih Cawapres yang memiliki basis kekuatan teritorial di Jawa Timur,” urainya.
Dalam konteks ini, alternatif nama yang perlu dipertimbangkan adalah Erick Tohir dan Khofifah Indar Parawansa.
Tapi karena Erick dianggap sebagai kader naturalisasi NU, maka proses realisasi dukungan Nahdliyyin-nya juga agak dipertanyakan.
Karena itu, alternatif pilihan Cawapres bagi Prabowo untuk mendapatkan kekuatan optimalnya salah satunya di Khofifah.
Apalagi jika nama Khofifah didukung penuh oleh Partai Demokrat dan Partai Golkar yang kian mencoba realistis untuk tidak mengajukan Airlangga.
Namun sekali lagi, basis kekuatan NU ini tidak dianggap oleh Prabowo.
Terbukti, Prabowo tidak mengambil Erick maupun Khofifah
“Dan Prabowo tidak bisa lepas dari jebakan permainan politik dan tampil lebih kompetitif saat bertarung melawan Ganjar-Mahfud dan Anies-Muhaimin,” pungkasnya.
Komentari tentang post ini