Dia menambahkan, pergerakan rupiah diawal pekan sedikit tertekan karena meluasnya risk aversion (keberanian investor mengambil risiko) di kalangan pelaku pasar.
Perdagangan di sesi Asia mengalami depresiasi sebagai akibat turunnya data ekonomi AS sehingga agresivitas pelaku pasar menurun.
“Koreksi indeks harga saham gabungan yang tidak mampu bertahan di level 4.900-an ikut memberi tekanan atas rupiah,” imbuh dia.
Dari faktor domestik, kata dia, ancaman tingginya inflasi karena kenaikan harga barang, tarif listrik, serta masih adanya ketidakpastian soal pembatasan konsumsi bahan bakar minyak bisa menjadi hambatan apresiasi rupiah.
Namun demikian kata dia, jadwal lelang sukuk dengan target 1, 5 triliun rupiah sehingga berpeluang mensupport rupiah.
“BI akan terus berada dipasar uang sehingga tetap memasok dollar untuk memenuhi kebutuhan di dalam negeri. Langkah BI ini memberi dampak psikologis yang potensi mengurangi pelemahan rupiah,” pungkas dia.
Komentari tentang post ini