MALUKU TENGGARA– Pembangunan ekonomi harus memfasilitasi percepatan transisi penemuan ilmiah (scientific discoveries) menjadi inovasi teknologi yang memfasilitasi pabrikasi produk dan jasa baru guna mendukung pembentukan industri yang tidak saja memperluas namun juga meningkatkan kualitas lapangan kerja yang mempercepat peningkatan kemakmuran.
Oleh karenanya, berbagai asosiasi pendidikan ataupun mahasiswa seperti Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) ini memiliki peran dan tanggung jawab yang tinggi dalam mengembangkan inovasi, termasuk mengembangkan technopreneur.
Dengan demikian akan terwujud masyarakat berpengetahuan (knowledge society) yang akan membawa kemakmuran bangsa Indonesia yang berkelanjutan.
Demikian sambutan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, M. Hatta Rajasa saat menjadi keynote speaker acara Rakernas PMKRI ke-VII tahun 2014 dengan “Penguatan Kapasitas Organisasi melalui Kaderisasi Intelektual Populis Demi Terwujudnya Solidaritas Kebangsaan” di Langgur, Maluku Tenggara, Selasa (25/3).
Menurutnya, pengaruh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di semua ranah pembangunan ekonomi sangat besar. Bahkan kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi (Iptekin) atau science, technology, and innovation (STI) telah menjadi faktor pokok (main determinant) yang menentukan produktivitas, kualitas daya saing serta intensitas kompetisi pembangunan ekonomi.
Kemajuan Iptekin, khususnya informasi dan komunikasi, telah turut memberikan kontribusi yang amat signifikan terhadap percepatan integrasi perekonomian dunia.
“Yang tidak kalah pentingnya pembangunan ekonomi harus diarahkan untuk menumbuhkan budaya kemakmuran masa depan (culture of welfare) yaitu, semangat berinovasi (innovative spirit) hasrat untuk menguasai teknologi (technological curiosity) dan ketrampilan wirausaha (entrepreneural skills),” ujar Hatta dalam makalahnya yang berjudul “Strategi Pembangunan Ekonomi Indonesia”: Percepatan dan Perluasan Menuju Perekonomian Berbasis Inovasi”.
Menurutnya, perguruan tinggi berperan dalam membentuk SDM berpengetahuan, berketrampilan dan tersepesialisasi.
Karena itu, kedepan, peran perguruan tinggi semakin dituntut ke arah research and entrepreneurial university dengan tetap mengedepankan segi pendidikan dengan memberikan pelayanan berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi kepada masyarakat.
Mantan Menristek ini berharap agar perguruan tinggi mengembangkan jaringan kemitraan berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi atau technopreneur.
Karena itu, Perguruan Tinggi dan kelembagaan seperti halnya PMKRI ini berperan besar dalam mengembangkan technopreneur.
Untuk itu, mereka harus melimpahkan hasil riset untuk dikembangkan menjadi pilot project dan skla industry. Bahkan mereka mengembangkan inkubator bisnis yang mendidik dan mengarahkan staf pengajar, mahasiswa dan masyarakat dalam memgembangkan bisnis teknologi.
Selain itu jelasnya, Perguruan Tinggi juga mengembangkan Techno Park sebagai wahana berkembangnya inovasi, mempertemukan periset, technopreneur, pemodal ventura, investor, dan koonsumen.
Technopreneur adalah kengusaha yang membangun bisnisnya berdasarkan kemampuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.
Mereka ini menghasilkan produk/jasa hasil inovasi sendiri atau kelompok. Bahkan memulai usaha kecil atau menengah.
“Permodalan dimulai dari modal sendiri dan lingkungan terdekat dan mereka juga mengembangkan bisnis teknologi dengan pertumbuhan yang tinggi,” jelasnya.
Komentari tentang post ini