Dia menjelaskan, technopreneur akan berkembang dalam ekosistem yang kondusif, dengan tahapan pengembangan hasil hasil riset dari perguruan tinggi dan lembaga penelitian, pendaftaran Hak Kekayaan Intelektual, proses inkubasi bisnis teknologi, dilanjutkan dengan proses akselerasi.
Namun demkian, Hatta mengaku, tahapan pengembangan bisnis teknologi oleh technopreneur ini bukan pekerjaan mudah, tetapi harus melaui proses yang penuh tantangan, dengan motivasi yang tinggi dan kegigihan berusaha maka bisnis teknologi akan berkembang menjadi tulang punggung perekonomian nasional.
Proses inovasi, pendaftaran, memproteksi Hak Kekayaan Intelektual, mengembangkan, meningkatkan nilai tambah, memasuki pasar, serta mendapatkan umpan balik dari konsumen untuk pengembangan inovasi akan menjadi siklus hidup inovasi yang dikembangkan oleh technopreneur.
Untuk memperkuat jiwa technopreneur, Hatta menyampaikan diagram matriks Creativity Quitient (CQ) vs Intellegence Quotient (IQ) khususnya bagi para mahasiswa.
Pada kuadran pertama CQ rendah dan IQ rendah, lebih cenderung berkontribusi melalui organisasi dan kolaborasi keahlian, kuadran kedua CQ rendah UQ tinggi cakap dalam memecahkan persoalan tertutup, kuadran ketiga CQ tinggi IQ rendah cenderung memecahkan persoalan terbuka.
“Kita mengharapkan mahasiswa memiliki IQ tinggi dan CQ tinggi sehingga menjadi inovator berbakat, yang akan mampu mengembangkan bisnis teknologi skala besar,” pungkasnya.
Komentari tentang post ini