JAKARTA-RedDoorz sebagai platform akomodasi multi-brand terbesar di Asia Tenggara membawa revolusi industri pariwisata melalui inovasi teknologi sejak berdiri pada tahun 2015.
Revolusi dilakukan dengan menyediakan end-to-end solution yang membantu para property owners dengan membuat customer experience, customer service, pemesanan dan komunikasi melalui sistem otomatis yang tersedia hanya dalam satu platform.
Sektor perhotelan pada generasi 1.0 dan 2.0 didominasi oleh hotel dengan kepemilikan individu.
Karena hal tersebut, banyak property owner sering kali menangani seluruh kebutuhan dengan berbagai solusi yang rumit dan terbagi-bagi demi menjalankan bisnis mereka.
Hal ini mulai berubah melalui digitalisasi yang dihadirkan oleh perusahaan-perusahaan pemesanan akomodasi dan hotel online yang merupakan generasi 2.5, yang juga didorong dengan kondisi pandemi COVID-19.
Kendati demikian, generasi ini masih belum menemukan cara untuk memenuhi kebutuhan teknologi untuk properti-properti kecil.
Generasi perhotelan 3.0 seperti RedDoorz, datang dan memberi serangkaian solusi gabungan inovatif yang membantu property owners skala kecil dan menengah untuk fokus pada operasi dan manajemen bisnis sehari-hari yang belum pernah mereka dapatkan sebelumnya.
Founder dari RedDoorz Amit Saberwal mengatakan, penerapan teknologi membuat dunia berubah.
RedDoorz sebagai salah satu dari generasi perhotelan 3.0, memberikan solusi teknologi yang mencakup dynamic pricing, fitur pemesanan, manajemen properti dan pembayaran, serta program loyalitas yang memanfaatkan algoritma untuk mengumpulkan dan menganalisis informasi.
“Sehingga perusahaan perhotelan 3.0 dapat memberikan value yang lebih besar,” ujarnya.
Sistem otomatis ini meminimalisir biaya dan tenaga kerja manual sehingga membantu mengurangi biaya overhead sebesar 50%.
Selain itu, dynamic pricing juga memungkinkan RedDoorz untuk mengubah rekomendasi harga bagi konsumen berdasarkan tingkat permintaan selama periode waktu tertentu.
Menurut Amit Saberwal, potensi upside ini sangat besar berdasarkan pengalamannya, di mana pemilik akomodasi dapat mengalami peningkatan pendapatan hingga 50% selama periode puncak dengan penyesuaian harga.
Kelebihan tersebut juga turut membantu RedDoorz untuk bertahan selama pandemi, meskipun sempat mengalami penurunan hunian yang signifikan dari 65% sampai satu digit dalam satu minggu awal pandemi.
Guna memastikan kelangsungan hidup property owners pada platform RedDoorz, bisnis generasi 3.0 harus lebih mengandalkan fondasi teknologi dan menjadikannya lebih penting bagi model bisnis secara keseluruhan.
RedDoorz pada akhirnya mengalami kenaikan okupansi sebesar 52% dibanding tahun 2019 pada libur lebaran 2022 lalu.
“Kami bersyukur perusahaan kami sebagai industri 3.0 perhotelan dapat bertahan selama pandemi tanpa harus melakukan measurement drastis pada fungsi perusahaan, serta membantu para property owners untuk bertahan dan tumbuh bersama dengan industri pariwisata,” ujar Amit Saberwal.
Kedepannya, RedDoorz berencana untuk terus tumbuh dengan menggalakkan kolaborasi serta memperluas lini hotel sesuai dengan kebutuhan seluruh lapisan masyarakat Indonesia maupun Asia Tenggara.
Selain itu, RedDoorz juga berencana untuk mencapai Break Even Point (BEP) pada Oktober 2022 mendatang.
Komentari tentang post ini