JAKARTA – Wacana menggabungkan atau merger bank-bank BUMN harus dipikirkan secara matang karena seringkali tidak mempertimbangkan dampaknya bagi eksistensi perbankan negara.
Salah satu konsekwensinya adalah merosotnya jumlah bank pelat merah di Indonesia.
“Ada bahaya bila merger bank BUMN dilakukan dan membawa konsekwensi tertentu,” kata Direktur Utama, Bank BNI Gatot Suwondo dalam talkshow ‘Kebangkitan BUMN Nasional’ di Hotel Sahid, Jakarta, Selasa (14/5).
Sebagai contoh jelas dia, paska krisis 1998 lalu, empat bank milik pemerintah yaitu, Bank Bumi Daya (BBD), Bank Dagang Negara (BDN), Bank Ekspor Impor Indonesia (Bank Exim), dan Bank Pembangunan Indonesia (Bapindo), digabungkan menjadi Bank Mandiri.
Empat bank BUMN langsung hilang. Akibatnya, jumlah bank BUMN di luar negeri juga langsung berkurang.
“Padahal untuk mendapatkan izin di luar negeri susahnya setengah mati,” tegas dia.
Seperti diketahui, beberapa waktu lalu, Perhimpunan Bank-bank Umum Nasional (Perbanas) mewacanakan merger Bank Mandiri dan Bank BNI untuk menciptakan bank terbesar di Asia Tenggara. Langkah ini diyakini meningkatkan daya saing industri perbankan nasional di tingkat internasional.
Komentari tentang post ini