Oleh: Said Abdullah – Warga NU, Anggota DPR RI Fraksi PDI Perjuangan, Dapil Madura Jatim
Saya begitu masgul mendengar kabar para masayih dan kiai yang duduk dijajaran PBNU berkonflik.
Apalagi konflik itu menjadi berita terbuka dimana mana, yang disertai dengan saling pecat memecat satu sama lain.
Lebih sedih lagi, perkara konflik bermula dari pengelolaan pertambangan batubara yang diberikan oleh pemerintah kepada organisasi kemasyarakatan, salah satunya Nahdlatul Ulama (NU).
Suatu perkara duniawi yang sesungguhnya kecil sekali derajatnya untuk dijadikan sumber perpecahan.
Sebagai pribadi yang sejak kecil, di didik, dan beribadah, bermuamalah dengan tradisi nahdliyah, saya memegang teguh ajaran ajaran tawadu’ dan tabayun, serta akhlaqul karimah dalam kitab ta’lim muta’alim.
Apakah tradisi ini sudah tidak bisa lagi berjalan di PBNU, sehingga harus pecah menjadi konflik terbuka?
Sebagai bagian dari jam’iyah ini, saya sekali lagi sedih dan merasa malu.
Kami meneladani dan senantiasa menjadikan ulama pesantren sebagai contoh akhlakul karimah, namun kenapa kami, jam’iyah ini mendapatkan tontonan seperti ini.
Sungguh, sebagai bagian jam’iyah ini, saya memohon para masayih, dan kiai di PBNU untuk kembali islah. Islah sebagai jalan yang perlu di utamakan.















