JAKARTA-Kualitas pertumbuhan ekonomi Indonesia belum bersifat inklusif karena masih ada sebagian kelompok yang belum menikmati pertumbuhan ini. Selama ini, pertumbuhan ekonomi bersumber pada konsumsi dalam negeri maupun modal asing yang masuk ke sektor-sektor extractive seperti pertambangan dan perkebunan. “Pertumbuhan ekonomi di Indonesia semu, yang hanya melihatnya dari indikator ekonomi makro. Seharusnya setiap pertumbuhan ekonomi di sebuah negara harus dapat berimplikasi positif terhadap berkurangnya jumlah pengangguran dan angka kemiskinan,” ujar anggota DPR, Hendrawan Supratikno di Jakarta, Kamis (21/3).
Menurut dia, pertumbuhan gemilang ekonomi Indonesia dalam beberapa tahun terakhir bukan didukung oleh tingkat produksinya, tetapi juga tingkat konsusmsinya . Proporsi tingkat konsumsi rumah tangga cukup tidak wajar menguasai lebih dari setengah dengan rata-rata sekitar 60% persen setiap tahunnya.
Lebih celaka lagi, kelembagaan yang dibangun pemerintah untuk memfasilitasi distribusi pendapatan tidak berfungsi dengan baik. Contohnya, untuk memfasilitasi distribusi pendapatan maka sistem perpajakannya mesti dibenahi. Tetapi ternyata, sektor perpajakan melahirkan banyak koruptor.