JAKARTA– Bank Indonesia mengklaim pertumbuhan kredit perbankan akan mencapai sekitar 23 % pada 2013 atau berada dalam kisaran yang dianggap mampu mendukung pertumbuhan ekonomi 2013 sebesar 6,3 – 6,8 %. “Rencana bisnis bank (RBB) menyebutkan angka sementara 23,1 %,” kata Deputi Gubernur Bank Indonesia Halim Alamsyah di Jakarta, Kamis,9/1/2013
Bahkan Halim terus mendorong industri perbankan di tanah air untuk terus menggenjot kredit mereka. Setidaknya bisa tumbuh hingga 24%. “Kalau bank mampu tumbuh 22% – 24 % itu cukup baik, karena itu level yang mampu mendukung pertumbuhan ekonomi,” tuturnya
BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi 2013 di sekitar 6,3 – 6,8 % dan 2014 antara 6,7 – 7,2 %. Pertumbuhan tersebut ditopang oleh konsumsi yang terus meningkat dan investasi yang tetap kuat, sementara ekspor diperkirakan akan membaik mulai kwartal 3.
Pertumbuhan kredit dalam RBB itu, lanjut Halim terdiri dari pertumbuhan kredit dalam rupiah 23,8 % dan kredit valas tumbuh 19 %. Sementara untuk Dana Pihak Ketiga (DPK) pada 2013 diperkirakan tumbuh 18,3 %, yang terdiri dari DPK rupiah tumbuh 18,7 % dan DPK valas 18,7 %. “Dari target di RBB itu kita tidak melihat adanya kesulitan likuiditas dari perbankan karena justru likuiditas meningkat,” ucapnya
Menurut Halim, dengan RBB sebesar 23,1 %, likuiditas yang dibutuhkan perbankan sebesar Rp550 triliun sampai Rp600 triliun. Malah Bank persero menargetkan pertumbuhan kredit sebesar 24,4 % pada 2013, sementara bank swasta 21,2 %, BPS 25,4 %, bank campuran 26 % dan Kantor Cabang Bank Asing 15,7 %. “Secara sektoral, sektor transportasi tumbuh 27 %, makanan minuman dan perhotelan 25 %, perdagangan eceran 24 % dan konstruksi 24,3 %,” tambahnya.
Halim menambahkan, kredit konsumsi pada 2012 menurun sejalan dengan penerapan kebijakan loan to value dan batasan uang muka untuk KPR dan KKB.”KPR sampai Nopember 2012 sebesar Rp236,1 triliun atau tumbuh 23,1 %. Pertumbuhan pada Nopember sebesar 38,5 % lebih rendah dibanding Oktober sebesar 39 %,” ungkapnya
Sementara itu, Gubernur BI Darmin Nasution menambahkan penurunan kredit konsumsi bukan tujuan dari BI karena yang diharapkan adalah kredit tetap tumbuh tinggi dengan tingkat kehati-hatian yang baik. “Bukan keinginan BI kredit tumbuh melambat, tetapi kita ingin penyalurannya lebih prudent. Tetap naik tidak apa-apa tetapi lebih prudent,” imbuhnya. **can