Oleh karena itu, Paus Fransiskus berpesan, para imam diminta harus menghindari sikap kemunafikan klerikalis (clerical hypocrisy) yang hanya menjauhkan diri dari Tuhan.
Upaya menjernihkan, membaharui dan menguatkan panggilan imamat diperoleh melalui penyesalan, penitensi, doa dan sikap ketulusan seperti anak-anak.
Yang perlu dicatat, ujar lebih lanjut Padre Marco – panggilan akrab Rm Markus Solo Kewuta, Paus juga mengucapkan terima kasih kepada para imam yang bekerja keras demi pewartaan Injil di mana saja di dunia ini, sekalipun dalam kondisi sulit, kadang dengan perjuangan keras disertai airmata. Paus menyebut istilah “heroic” atau kepahlawanan untuk para imam yang berjuang di medan keras.
“Terima kasih para imam terkasih atas keterbukaan dan ketaatan hati kalian. Terima kasih atas semua kerja keras dan air mata kalian. Terima kasih karena kalian membawa mukjijat kemurahan Tuhan kepada saudara-saudari kita di dunia saat ini. Semoga Tuhan menghibur kalian, menguatkanmu dan memberimu pahala,” tutur Paus Fransiskus.
Terkait dengan peranan awam dalam tugas misi, Paus Fransiskus menegaskan bahwa tugas misi penginjilan adalah juga merupakan tugas dan tanggungjawab segenap anggota Gereja.
Peran kaum awam dalam mendukung dan mendoakan para imamnya adalah sebuah bentuk dukungan integral yang akan selalu tetap dibutuhkan, terutama di dalam semangat sinodalitas.
Paus Fransiskus yang masuk ke dalam Basilika dari arah Pinto Doa (Porta della Preghiera) didorong di atas kursi roda, melewati barisan ratusan para Imam sambil melambaikan tangan dengan senyuman cerah.
Di akhir perayaan, Paus dibawa di atas kursi roda melewat lorong tengah Basilika sehingga sehingga semua yang hadir dapat melihatnya dari dekat.
Terkait dengan prosesi itu, Padre Marco menyatakan kesannya.
“Selalu merupakan sebuah kesempatan membahagiakan ketika bisa melihat beliau dari dekat dan menerima berkatnya,“ ujar imam yang berasal dari NTT ini
Komentari tentang post ini