JAKARTA – Bank Indonesia (BI) mengumumkan, Posisi Investasi Internasional (PII) Indonesia pada triwulan IV 2023 mencatat kewajiban neto yang meningkat.
Pada akhir triwulan IV 2023, PII Indonesia mencatat kewajiban neto US$260,3 miliar, naik dibandingkan dengan kewajiban neto pada akhir triwulan III 2023 sebesar US$251,9 miliar.
Asisten Gubernur BI Bidang Departemen Komunikasi, Erwin Haryono, mengemukakan, peningkatan kewajiban neto tersebut bersumber dari kenaikan posisi Kewajiban Finansial Luar Negeri (KFLN) yang melampaui peningkatan posisi Aset Finansial Luar Negeri (AFLN).
“Posisi KFLN Indonesia meningkat sejalan dengan mulai meredanya ketidakpastian pasar keuangan global dan terjaganya optimisme investor terhadap prospek ekonomi domestik,” katanya dalam keterangan resmi, Senin (18/3/2024).
Erwin mengemukakan, posisi KFLN Indonesia pada akhir triwulan IV 2023 naik 3,8% (qtq) menjadi US$744,9 miliar, dari US$717,3 miliar pada akhir triwulan III 2023.
Peningkatan KFLN tersebut terutama bersumber dari aliran masuk modal asing pada investasi langsung dan investasi portofolio sebagai cerminan tetap terjaganya persepsi positif investor dan iklim investasi yang kondusif.
“Peningkatan posisi KFLN juga dipengaruhi oleh pelemahan nilai tukar dolar AS terhadap mayoritas mata uang global, termasuk Rupiah, dan kenaikan harga saham di Indonesia, ungkap Erwin.
Posisi AFLN Indonesia juga meningkat terutama ditopang oleh kenaikan cadangan devisa.
Posisi AFLN pada akhir triwulan IV 2023 tercatat sebesar US$484,6 miliar, naik 4,1% (qtq) dari US$465,4 miliar pada akhir triwulan sebelumnya.
Hampir seluruh komponen AFLN mencatat peningkatan posisi, dengan peningkatan terbesar pada aset cadangan devisa diikuti oleh investasi langsung, investasi portofolio, dan investasi lainnya dalam bentuk pinjaman.
Peningkatan posisi AFLN juga dipengaruhi oleh faktor pelemahan nilai tukar dolar AS terhadap beberapa mata uang negara penempatan aset.
Komentari tentang post ini