Oleh:Freddy Tedja
Setelah sempat bergerak sangat fluktuatif di bulan Agustus kemarin, kondisi pasar obligasi diperkirakan akan berangsur membaik, ditopang oleh dinamika global dan domestik terkini.
Dari sisi global, data-data ekonomi terakhir Amerika Serikat menunjukkan pelemahan, membuat ekspektasi bahwa bank sentral Amerika Serikat sudah semakin mendekati akhir dari siklus kenaikan suku bunga.
Dari sisi domestik, inflasi yang terjaga, permintaan domestik yang kuat dan pasokan obligasi yang terkendali di tengah defisit anggaran yang mengecil menjadi katalis penting bagi pasar obligasi di tahun ini.
Selain itu, arus masuk investasi asing pada Surat Berharga Negara (“SBN”) juga berpotensi kembali berlanjut, mengingat kepemilikan asing masih cukup rendah, hanya sebesar 15,51% per akhir Q2 2023.
Semua faktor di atas tetap mempertegas diskursus bahwa pasar obligasi tetap menawarkan peluang yang baik untuk investor.
Pertimbangan selanjutnya adalah adanya pilihan berinvestasi obligasi lewat reksa dana pendapatan tetap atau ke Surat Berharga Negara (“SBN”). Mana yang sebaiknya dipilih?
Penerbit
Reksa dana pendapatan tetap merupakan instrumen investasi yang diterbitkan oleh manajer investasi, yang didalamnya terdiri dari efek-efek obligasi atau surat utang, bisa surat utang pemerintah (SBN) atau pun surat utang perusahaan swasta/korporasi.
Seseorang yang membeli surat utang dari satu pihak, artinya dia memberikan pinjaman pada pihak tersebut dengan imbalan bunga atau kupon yang diterima berkala yang telah ditetapkan.
Satu produk reksa dana pendapatan tetap, memiliki beragam surat utang dengan beragam jangka waktu.
Artinya, dengan membeli reksa dana pendapatan tetap, investor telah berdiversifikasi memberikan pinjaman ke berbagai pihak, dengan berbagai jangka waktu dan berbagai tingkat imbal hasil.
Jumlah investasi minimum
Berbicara mengenai modal investasi, reksa dana pendapatan tetap tidak membutuhkan modal yang besar dan persyaratan rumit.
Komentari tentang post ini