Oleh: Emrus Sihombing
Katanya negara demokrasi. Katanya akan menjadi negara emas. Katanya demokrasi kemanusiaan yang beradab.
Padahal, apa yang sedang terjadi di politik Pilkada kita?
Belakangan ini, setiap hari orang membicarakan tentang Pilkada serentak.
Semua partai saling mencari teman untuk membentuk kelompok politik mengusung dan mendukung pasangan calon Pilkada, sebagai politik prakmatis.
Karena itu, yang elit partai lakukan tersebut bukan berkoalisi. Sebab, koalisi berbasis ideologi dan relatif parmanen, mska lebih tepat disebut sebagai kerja sama politik transaksional.
Perilaku politik elit partai tersebut membuat kita teringat dengan permainan ketika masa usia anak-anak.
Pemandu mengatakan “ayo kita semua sama-sama cari teman sebanyak-banyaknya dan bentuk kelompok ya”.
Lalu, setiap peserta berlari kesana-kemari mencari teman dengan saling berpegangan yang akhirnya menyisakan satu orang.
Orang yang satu ini diberi semacam “hukuman”, tergantung pemandu acara, apa hukumannya.
Permainan anak-anak ini, tampaknya mirip seperti pembentukan kelompok sejumlah partai politik untuk mengusung dan mendukung paslon di suatu daerah Pilkada tertentu, sehingga membuat partai tertentu tidak cukup kursi DPRD membawa Paslon Pilkada.
Komentari tentang post ini