Melihat perilaku elit politik sebagai mana tersaji di atas, tak terbayangkan oleh publik betapa sedihnya hati para pejuang republik ini menyaksikan bahwa kontestasi politik negeri ini dianggap sebagai arena main-mainan oleh para elit partai.
Juga betapa kecewanya para konstituen melihat wakil-wakilnya di DPR sana seperti tak berkutik. Padahal mereka dipilih rakyat bukan dipilih oleh elit partai. Apa yang akan terjadi jika politik di negara ini dianggap lahan main-mainan pemilk kekuasaan.
Betapa menyedihkannya jika calon pasangan pimpinan daerah yang pendidikannya minimal SMA harus berhadapan dengan kotak kosong yang tak pernah sekolah, tak punya hati dan jiwa, tak bisa mendengar, dan tak mampu memandang lawan dan tak mampu menjawab jika dilakukan debat kandidat.
Lalu, terbayangkah perasaan pasangan calon kandidat yang akan melawan kotak kosong? Tidakkah ada rasa malu bahwa dirinya disetarakan dengan benda mati (kotak kosong)? K
alau nanti dirinya kalah melawan benda mati, sakit dan malu. Kalau dirinya menang, ia malu dan sakit. Setiap saat bahkan seumur hidupnya sampai ke anak-cucu dan cicit akan terwariskan sejarah menang karena melawan benda mati, apalagi kalah melawan benda mati.
Komentari tentang post ini