Oleh: Edi Danggur, S.H., M.M., M.H
Teolog Jesuit Anthony de Mello mengatakan, salah satu hal yang menyebabkan kehancuran suatu negara adalah praktek politik tanpa prinsip (politics without principles).
Mistikus yang menulis buku terkenal Awareness itu, lebih lanjut mengatakan, politik itu ada prinsipnya, ada dasarnya, atau ada motivasi kuat mengapa orang itu berpolitik. Tidak ada orang yang terjun ke dunia politik tanpa ada dorongan dari sebuah prinsip dan dasar tertentu.
Tulisan ini hendak mengulas dua hal.
Pertama, esensi politik berprinsip.
Kedua, ajakan agar sebagai warganegara, kita tidak boleh buta politik, tetapi harus melek politik. Sebab, dengan melek politik, kita mampu memahami, menilai dan sekaligus mengkritisi perilaku politik para politisi kita.
Esensi Politik Berprinsip
Kata-kata seringkali tidak cukup efektif untuk menjelaskan esensi praktek politik berprinsip itu. Cerita, joke atau lelucon kadang bisa memberikan gambaran yang lebih luas tentang politik berprinsip itu.
Dalam buku lainnya Sejenak Bijak, Anthony de Mello, mengatakan: “Jarak paling dekat antara manusia dan kebenaran adalah cerita. Jangan remehkan cerita. Uang emas hilang, ditemukan kembali dengan lilin kecil. Kenyataan paling dalam, ditemukan dengan menggunakan cerita”.
Dalam konteks itu, David K. Hatch dalam bukunya berjudul Everyday Greatness menceritakan sebuah lelucon yang dengan amat jelas mengilustrasikan kekuatan prinsip dan bagaimana prinsip itu berdampak pada hidup dan pilihan kita dalam berpolitik.
Pada suatu malam yang berkabut di lautan, seorang nahkoda kapal melihat sesuatu yang mirip dengan lampu sebuah kapal lain, yang berlayar menuju kapalnya.
Dia menyuruh anak buahnya menghubungi kapal itu dengan memberikan sinyal berupa cahaya. Pesannya adalah: “Ubah haluanmu sepuluh derajat ke selatan”.
Jawabannya: “Ubah haluanmu sepuluh derajat ke selatan”. Lalu, nahkoda itu menjawab: “Aku nahkoda di sini. Jadi, kamulah yang harus mengubah haluanmu sepuluh derajat ke selatan”. Jawaban: “Aku pelaut kelas satu. Ubah haluanmu sepuluh derajat ke selatan.
Jawaban itu membuat si nahkoda benar-benar murka, sehingga dia membalas sinyal itu kembali: “Aku kapal perang. Ubah haluanmu sepuluh derajat ke selatan”. Jawaban: “Dan aku mercusuar. Ubah haluanmu sepuluh derajat ke selatan”.
Komentari tentang post ini