JAKARTA-Proses demokrasi yang berjalan saat ini dinilai sudah kebablasan. Karena itu, Akibatnya, praktik demokrasi yang dijalankan telah membuka peluang artikulasi politik yang bertentangan dengan Pancasila.
Penegasan tersebut disampaikan Kepala Negara yang mengaku selama 4-5 bulan terakhir banyak pihak yang bertanya kepadanya mengenai sistem demokrasi di Indonesia. “Banyak yang bertanya pada saya, apa demokrasi kita keablasan? Saya jawab iya, demokrasi kita sudah terlalu kebablasan,” kata Presiden Jokowi saat menyampaikan pidato pada pelantikan pengurus baru DPP Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) di bawah Ketua umum Oesman Sapta Odang di Sentul, Bogor, Jawa Barat, Rabu (22/2/2017) kemarin.
Jokowi menjelaskan akibat dari demokrasi yang kebablasan itu melahirkan artikulasi politik yang ekstrim seperti liberalisme, radikalisme, fundamentalisme, sekterianisme, terorisme, serta ajaran-ajaran yang bertentangan dengan ideologi Pancasila. “Penyimpangan praktik demokrasi itu mengambil bentuk nyata seperti yang kita lihat akhir-akhir ini, politisasi SARA. Ini harus kita ingatkan, kita hindari. Seperti yang tadi disampaikan Pak OSO (Oesman Sapta Odang), tentang menyebarnya kebencian, fitnah, kabar bohong, saling memaki, saling menghujat, yang ini kalau diteruskan bisa menjurus pada pecah belah bangsa kita,” ingat Jokowi.
Komentari tentang post ini