JAKARTA-Presiden Joko Widodo mengecam aksi terorisme dalam bentuk peledakan bom bunuh diri di Surabaya, Minggu (13/5) dan Senin (14/5) ini, yang dinilainya tidak bermartabat karena melibatkan anak-anak kecil berumur 9 tahun sampai 12 tahun.
“Tadi pagi juga sama, membawa anak kecil lagi, ini tadi saya baru mendapat informasi. Ada anak yang dibawa lagi umur 8 tahun, umur 15 tahun,” kata Presiden Jokowi yang terlihat sangat sedih saat memberikan sambutan pada Halaqoh Nasional Hubbul Wathon dan Deklarasi Gerakan Nasional Muballigh Bela Negara (GN-MBN) di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta Timur, Senin (14/5).
Tampak hadir dalam kesempatan itu antara lain Sekretaris Kabinet (Seskab) Pramono Anung, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, Ketua Umum DPP Ikhwanul Muballighin K.H. Mujib Khudlori, Dewan Pembina Ikhwanul Muballighin K.H. Nur Muhammad Iskandar, dan Ketua Dewan Pakar Ikhwanul Muballighin Rokhim Dahuri.
Menurut Presiden, Islam tidak pernah mengajarkan kekerasan, apalagi dengan memanfaatkan anak-anak.
Untuk itu, Kepala Negara meminta peran aktif muballigh untuk mengingatkan kepada umat-umatnya bahwa agama Islam tidak mengajarkan tindakan pengecut seperti itu.
“Ini adalah kewajiban kita bersama, para muballigh untuk mengingatkan kepada santri-santrinya, untuk mengingatkan kepada jamah-jamaahnya, untuk mengingatkan kepada umat-umatnya bahwa agama kita Islam tidak mengajarkan seperti itu,” terangnya.
“Tidak mengajarkan sesuatu dengan kekerasan, enggak ada. Mengajarkan kita untuk lemah lembut, sopan santun, menghargai orang, menghormati orang lain, tawadu, rendah hati. Saya kira itu yang diajarkan oleh Nabi besar kita kepada kita,” tegas Presiden.
Komentari tentang post ini