JAKARTA – PT Vale Indonesia Tbk (INCO) kembali mencatat kinerja yang positif selama triwulan III-2015 meskipun harga nikel tetap rendah.
Laporan keuangan interim Perseroan menyebutkan, Triwulan III- 2015 membukukan laba sebesar USD 10,0 juta.
“Laba kami tetap positif di tengah siklus harga komoditas yang sulit karena kami sangat fokus dalam implementasi strategi bisnis kami,” kata CEO dan Presiden Direktur Perseroan Nico Kanter, dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Kamis (22/10).
“Kami senantiasa terus melanjutkan upaya untuk meningkatkan efisiensi dan mengurangi biaya kami. Di triwulan ini PT Vale kembali berhasil menurunkan beban pokok pendapatan kas per unit triwulanannya, yang lebih rendah dari beban di triwulan sebelumnya, yang saat itu merupakan rekor terendah dalam lima tahun terakhir,” urainya.
PT Vale mencapai hasil ini saat juga memaksimalkan produksi. Produksi di 3T15 15% lebih tinggi dari produksi di 2T15.
Di triwulan ini pengiriman nikel matte juga meningkat 20% dari triwulan sebelumnya.
Hal ini mendorong peningkatan pendapatan sebesar 3% dari triwulan sebelumnya, meskipun ada penurunan sebesar 14% terhadap harga realisasi rata-rata nikel.
PT Vale tetap mempertahankan target produksi tahunan sekitar 80.000 metrik ton (mt) nikel.
Namun Perseroan kini sedang memantau musim kemarau yang diprediksi akan berkepanjangan yang dapat mempengaruhi ketersediaan listrik dari bendungan-bendungan pembangkit listrik tenaga air di sekitar Soroako dan sedang mengkaji alternatif-alternatif yang ada dan kemungkinan dampaknya terhadap produksi.
Seperti disebutkan di atas, beban pokok pendapatan per mt triwulanan dari penjualan nikel matte merupakan yang terendah dalam lima tahun terakhir.
Hal ini terutama karena penurunan biaya energi, biaya tetap per unit yang terdilusi karena produksi yang lebih tinggi dan juga depresiasi Rupiah.
Perseroan terus berupaya meningkatkan efisiensi penggunaan bahan bakar per unit produksi dengan efisiensi operasional yang lebih baik.
Selain itu PT Vale juga diuntungkan dari rendahnya harga Minyak Bakar Bersulfur Tinggi (HSFO), minyak diesel dan batu bara yang lebih rendah.
Komentari tentang post ini