Di sini jelas bahwa gagasan Puan tentang Islam “Merah Putih” bukanlah “sekte” baru dalam Islam.
Konsepsinya memiliki “sanad” dan tautan dengan “Islam nusantara” NU dan “Islam berkemajuan” Muhammadiyah.
Jejak keislaman Puan dalam relasi dengan NU dan Muhammadiyah tentu bukan hal baru.
Kakek dan ibunya, Bung Karno dan Megawati, memiliki relasi.kuat dengan NU, mengutip Gus Yahya ketua umum PBNU, bukan sekedar patner, lebih dari itu, “senyawa” dalam perjuangan kebangsaan.
Dari “trah” nenek dan ayahandanya, yakni ibu Fatmawati dan Taufiq keimas, Puan memiliki relasi organisatoris dengan Muhammadiyah.
Dengan demikian jelaslah relasi Puan dengan NU dan Muhamadiyah. Karena itu Puan mengerti Islam, memahami keragaman corak ekspresi keislaman di Indonesia.
Dalam diksi Bung Karno dalam bukunya “Galilah Api Islam” (1966) Puan mengerti “api” dan “abu” nya Islam. Api dan prinsip prinsip Islam harus selalu “dinyalakan” tapi “abu” atau ekspresi corak budayanya, meminjam istilah Gusdur harus “dipribumisasikan” dalam budaya khas Indonesia tentu dengan spirit berkemajuan.
Komentari tentang post ini