Untuk itu, diharapkan Sugiyartanto, melalui seminar tersebut dapat meningkatkan pengetahuan dalam pembangunan terowongan jalan, yang merupakan salah satu tugas dan fungsi dari Direktorat Jenderal (Ditjen) Bina Marga dan dapat dijadikan momentum untuk melengkapi Norma Standar Prosedur Dan Kriteria (NSPK) di bidang penyelenggaraan terowongan jalan.
Dalam tataran kelembagaan, Ditjen Bina Marga telah membentuk unit-unit organisasi yang memiliki tugas dan fungsi dalam penyelenggaraan bidang terowongan jalan, yakni Sub Direktorat Teknik Terowongan dan Jembatan serta Balai Jembatan Khusus dan Terowongan. Dari sisi keamanan, Indonesia juga memiliki Komisi Kemananan Jembatan dan Terowongan Jalan (KKJTJ) yang beranggotakan para ahli.
Sugiyartanto mengatakan, salah satu terowongan yang saat ini tengah dibangun Kementerian PUPR adalah terowongan di Jalan Tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan (Cisumdawu) sepanjang 472 meter dengan diameter 14 meter. Pembangunan Terowongan Cisumdawu yang menembus bukit tersebut menggunakan teknologi metode New Austrian Tunneling Methods (NATM).
Selain metode NATM, terdapat juga metode Tunneling Boring Machine (TBM) yang digunakan dalam pembangunan MRT Jakarta. Sebanyak 4 (empat) unit TBM digunakan dalam melakukan penggalian terowongan yang menghubungkan jalur MRT Lebak Bulus – Bundaran HI – Setiabudi. Pembangunan terowongan juga akan diterapkan pada pada ruas tol Padang -Pekanbaru sebaanyak lima terowongan dengan total panjang 8,95 km yang menembus pegunungan Bukit Barisan. Selain di infrastruktur jalan, terowongan saat ini juga banyak digunakan dalam pembangunan bendungan.