JAKARTA – Terkuaknya kasus #papamintasaham Freeport merupakan hadiah paling berharga yang diterima rakyat Indonesia di penghujung tahun ke 70 usia kemerdekaan Republik Indonesia.
Kasus itu bukan semata-mata soal pribadi pelakunya tetapi lebih terletak pada kenyataan negara dan kemerdekaannya disia-siakan oleh para penyelenggara negara sampai pada batas titik nadir.
Negara Indonesia yang berdaulat dihancurkan bukan oleh bangsa asing tetapi oleh bangsa sendiri.
Oleh karena itu, memasuki Tahun 2016 adalah penting bagi pemerintahan Joko Widodo untuk membentuk kembali nasionalisme Indonesia.
Tahun 2016 dapat disebut sebagai “Tahun Pembentukan Kembali Bangsa” (Year Of Reshaping The Nation). Tahun ini perlu juga disebut sebagai “Tahun Bersih-Bersih”.
“Apakah kita harus malu atau tidak, saya rasa, tidak ada bedanya dan tidak penting. Bangsa ini sudah tidak memiliki urat malu. Kasus #papamintasaham merupakan puncak dari segala kebobrokan mental bangsa yang dilakukan oleh para penyelenggara negara yang berkolaborasi dengan para mafia yang meletakan martabat bangsa di kakinya,” ujar Ketua Pelaksana Gerakan Ekayastra Unmada (Semangat Satu Bangsa), AM Putut Prabantoro, di Jakarta, Rabu (30/12).
Putut yang juga Konsultan Komunikasi Politik itu menandaskan, bangsa Indonesia harus berterimakasih atas munculnya kasus-kasus mental bobrok sebelumnya dan yang berpuncak pada kasus #papamintasaham.
Tidak ada gunanya juga memilih antara kasus besar ataupun kecil, demikian dijelaskan lebih lanjut, karena semuanya adalah virus yang menghancurkan dan bersifat menular.
Namun demikian, pertanggungjawaban kebobrokan dan kehancuran bangsa Indonesia adalah tanggung jawab semua termasuk rakyat yang dengan sukarela menyerahkan dan melancurkan dirinya untuk menerima uang pelicin dalam pilkada ataupun pemilu.
Berbagai kasus korupsi, sebagai misal, yang muncul sejak jaman Orde Reformasi tidak pernah tertuntaskan dan para tokoh nasional saling menyandera demi kelanggengan hidupnya.
“Jika dihitung dari lahirnya Orde Reformasi, yang entah siapa yang memilikinya, mereka yang masuk ke perguruan tinggi saat ini adalah generasi yang menyaksikan huru hara politik yang tak kunjung usai dan yang melihat kasus kebobrokan mental tak pernah selesai. Dan mereka juga melihat, ketika muncul kasus #papamintasaham, para pemimpin partai dan pemimpin nasional tidak ada yang berkomentar soal ini. Di mana mereka ? Mengapa tidak berkomentar?” tanya Putut.
Komentari tentang post ini