Karut marut dunia migas sejak pembubaran hingga yang nampak sekarang ini di depan mata seakan-akan mengkonfirmasi adagium plesetan fun for all, all for fun.
Yang kedua, buku ini berbicara tentang, “bagaimana migas Indonesia harus menjadi alat strategis pemersatu bangsa dan sekaligus sebagai alat strategis untuk mencapai kemakmuran. Dan yang terakhir adalah, R. Priyono sangat meyakini bahwa migas akan memberi kemakmuran bagi bangsa Indonesia dengan beberapa catatan.
Catatan menarik diberikan Rahmad Pribadi, pengusaha perminyakan lulusan Harvard University, dalam KATA PENGANTAR dengan mengatakan, jika dilihat dari dampaknya hingga sekarang, pembubaran BP Migas oleh Mahkamah Konstitusi (MK) dapat diibaratkan seperti saat Pandora membuka kotaknya (kotak Pandora – red), yang menerbangkan begitu banyak malapetaka, penderitaan dan penyakit. Karena keputusan MK terkait dengan migas, Rahmad Pribadi lebih senang menyebut peristiwa itu sebagai “Drum Pandora”.
KH Maman Imanulhaq, Pengasuh Pondok Pesantren Al Mizan, Majalengka ini, dalam pernyataannya di media pada 21 November 2012, yang termuat dalam buku ini juga, mengatakan, kasus pembubaran BP Migas tidak akan selesai dalam waktu pendek.
Komentari tentang post ini