Oleh: Saiful Huda Ems
Kasihan, kasihan sekali Menteri Hukum dan HAM, Yasonna H. Laoly, yang sudah berusaha mati-matian memperbaiki keadaan hukum di negeri ini, namun semuanya dirusak dalam sekejap oleh prilaku hakim Mahkamah Konstitusi yang membuat keputusan secara serampangan.
Mereka diintervensi Mr. X, hingga divonis oleh Ketua MKMK telah melakukan pelanggaran etik berat dan Ketua MK nya diberhentikan dari jabatannya sebagai Ketua MK.
Soal siapa yang mengintervensi dan mengapa Keputusan MK No.90/2023 yang hakimnya dinyatakan telah melakukan pelanggaran etik berat kok masih dijadikan pedoman oleh KPU untuk penyelenggaraan Pilpres 2024.
Kita pura-pura tidak tau saja, toh tidak mungkin rakyat biasa yang melakukan intervensi itu bukan? Toh tidak mungkin rakyat biasa yang diam-diam dapat menginstruksikan KPU, untuk tetap menjadikan Keputusan MK No.90/2023 yang cacat etik dan moral itu sebagai pedoman penyelenggaraan Pilpres 2024 bukan?.
Kasihan, kasihan sekali rakyat di daerah-daerah, yang telah bersusah payah memilih kepala-kepala desa atau lurahnya, untuk dapat bersikap adil dan cakap memimpin desa/kelurahannya, untuk dapat menjadi teladan pemersatu bagi warganya yang memiliki pandangan dan pilihan politik yang berbeda-beda, namun kemudian semua kepala-kepala desa atau lurah-lurah itu digiring ke Jakarta untuk kemudian mendukung anaknya Raja Lurah, agar menang di Pilpres 2024.
Kasihan, kasihan sekali anggota-anggota TNI dan POLRI, yang telah berjuang berpuluh-puluh tahun untuk bisa bekerja secara profesional dan mendapatkan pangkat serta kedudukan secara adil dan proporsional, namun kemudian Raja Lurah mengabaikan semuanya dan lebih memilih orang-orang terdekatnya sendiri untuk menduduki puncak-puncak jabatan yang sangat strategis dan membanggakan.
Kasihan, kasihan sekali anak-anak bangsa, yang berjuang habis-habisan sejak muda dengan mengorbankan waktu, tenaga dan uangnya, untuk berperan aktif di partai-partai politik, namun kemudian diberangus cita-cita besarnya untuk menjadi ketua-ketua umum partainya, oleh preseden terburuk dalam sejarah, anaknya Raja Lurah yang tiba-tiba main lompat menjadi Ketua Umum partai politik dalam waktu sekejap saja.
Kasihan, kasihan sekali aparat negara yang ingin mengabdi pada kepentingan negaranya, namun kemudian seperti dipaksa menerima kenyataan untuk berubah menjadi aparat pemerintah dan mengabdi untuk kepentingan pemerintah, yang tidak sejalan dengan kemauan dan kepentingan rakyatnya.
Kasihan, kasihan sekali nasib bangsa yang terbelah, dan berkelahi satu sama lain untuk melindungi dan memperjuangkan ideologinya.
Namun kemudian dimanfaatkan oleh Raja Lurah, untuk mendukung dan mengokohkan Dinasti Politiknya.
Penulis adalah Salah seorang pelaku dan saksi Sejarah Reformasi ’98 di Jakarta
Komentari tentang post ini