Oleh: Said Abdullah
Idealnya pemilu berlangsung damai, dan menyenangkan.
Menjadi sarana rakyat menggunakan hak politiknya dengan cermat dan pertimbangan matang.
Namun kita perlu waspada dengan jargon pemilu damai dan riang gembira.
Sebab dibalik jargon pemilu damai dan riang gembira itu terkandung muslihat, sebagai tirai untuk membungkus segala kecurangan sistematis.
Jargon pemilu damai dan bergembira ria sarana canggih untuk menutup potensi kritis rakyat atas penyelenggaraan pemilu yang cacat.
Saya utarakan hal ini bukan berarti tidak setuju pemilu damai dan bergembira ria.
Seratus persen saya setuju pemilu perlu damai dan bergembira ria.
Namun syarat itu saja tidak cukup, justru syarat pemilu demokratis terjadi bila semua kontentan diperlakukan sama, dan adil.
Alat-alat negara duduk pada porsinya.
Sebab pemilu adalah gelanggang kompetisi bagi masyarakat sipil, partai-partai, kandidat capres dan cawapres, caleg, dan para pemilih.
Perlakuan adil dan setara, netralitas aparat negara, penyelenggara yang professional dan imparsial harus kita maknai sebagai syarat obyektif pemilu damai dan riang gembira.
Bila kondisi obyektif itu tidak terpenuhi, tentu ada potensi kerawanan bagi tumbuhnya demokrasi dan tertib sipil.
Kita tentu tak ingin pengalaman buruk suksesi kepemimpinan di negara yang saat ini mengalami konflik -Irak, Suriah, Afghanistan terjadi dalam pelaksanaan Pemilu di negeri ini.
Tak ada sepercikpun bahkan bayangan kepahitan yang menyengsarakan dan menimbulkan petaka sehingga berjatuhan air mata, darah dan nyawa rakyat mewarnai pelaksanaan Pemilu.
Harapan ideal -Pemilu menjadi sarana suksesi penuh kedamaian- itu diyakini akan dapat terwujud jika seluruh pihak berusaha keras mengawal proses Pemilu agar dalam koridor demokrasi, yang jujur, adil, bebas dan rahasia.
Kebutuhan kita saat ini, semua pihak taat dan penuh kesungguhan mengawal seluruh prosesp Pemilu berjalan sesuai sesuai semangat demokrasi.
Dinamika sosial, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi kini mewujud menjadi kekuatan luar biasa, yang memonitor ketat sehingga mudah terdeteksi berbagai tindakan yang menyimpang dari aturan permainan sekecil apapun.
Kamera ponoptisis dari rakyat menguak segala kecurangan, dan tipu muslihat, mengakali demokrasi demi kekuasaan.
Para politisi, terutama yang masih berpikir menggunakan paradigma lama harus mempertimbangkan realitas dinamika sosial ini, yang kini terjadi hampir seluruh pelosok negeri.
Pertama,masyarakat saat ini makin mudah mendapatkan akses informasi dan komunikasi sehingga sekecil apapun tindakan penyalahgunaan kekuasaan misalnya, mudah dan sangat cepat diketahui oleh rakyat seluruh negeri.
Komentari tentang post ini