Sasmito mengatakan hal itu mengacu pada berita pembelian tol layang Jakarta-Cikampek (MBZ) milik Jasa Marga yang dibeli salah satu grup Salim senilai Rp 4 Triliun.
Padahal terang Sasmito, Grup Salim pada saat krismon 1998 selain menerima BLBI juga menerima obligasi rekap yang bunganya terus dibayar oleh negara sampai saat ini.
Untuk BLBI yang berupa uang kas keras, Grup Salim, menurut Sasmito, patut diduga menerima BLBI Rp 33 Triiun yang hanya dia bayar dengan uang senilai Rp 8 Triliun + 93 persen saham BCA.
Kemudian saham BCA ini dijual pemerintah hanya senilai Rp 5 Triliun untuk 50 persen kepemilikan alias dijual senilai total Rp 10 Trilun dan itu sudah dianggap lunas.
Tetapi sebenarnya Grup Salim sekaligus saking pintarnya, patut diduga, bisa merekayasa mengambil kredit dari bank yang dikuasai tersebut, yakni BCA, senilai Rp 53 Triiun.
Sasmito mengatakan hal itu mengacu pada berita pembelian tol layang Jakarta-Cikampek (MBZ) milik Jasa Marga yang dibeli salah satu grup Salim senilai Rp 4 Triliun.
Padahal terang Sasmito, Grup Salim pada saat krismon 1998 selain menerima BLBI juga menerima obligasi rekap yang bunganya terus dibayar oleh negara sampai saat ini.
Untuk BLBI yang berupa uang kas keras, Grup Salim, menurut Sasmito, patut diduga menerima BLBI Rp 33 Triiun yang hanya dia bayar dengan uang senilai Rp 8 Triliun + 93 persen saham BCA.
Kemudian saham BCA ini dijual pemerintah hanya senilai Rp 5 Triliun untuk 50 persen kepemilikan alias dijual senilai total Rp 10 Trilun dan itu sudah dianggap lunas.
Tetapi sebenarnya Grup Salim sekaligus saking pintarnya, patut diduga, bisa merekayasa mengambil kredit dari bank yang dikuasai tersebut, yakni BCA, senilai Rp 53 Triiun.
Komentari tentang post ini