JAKARTA-Larangan pejabat menerima parcel lebaran ternyata memukul para pedagang parcel. Bahkan memasuki hari ke 6 saja, belum ada tanda-tanda banyak pesanan parcel. “Kalau dibanding tahun lalu jauh menurun. Misalnya kalau sebelum-sebelumnya bisa sampai 100%, tahun lalu turun jadi 70%, tapi sekarang cuma 30%-nya,” kata salah satu pedagang parcel, Rahma, di Jakarta, Senin,(15/7)
Padahal biasanya menjelang hari raya Idul Fitri jauh-jauh hari sudah banyak pesanan. Omzet hingga pertengahan tahun ini jauh menurun dibanding tahun lalu. “Jauh turunnya, omzet tahun ini, “ tambah Rahma.
Rahma tak membantah penurunan ini disebabkan karena budaya berkirim parcel saat momen-momen tertentu semakin lama semakin memudar. Hal ini ditambah lagi dengan adanya larangan gratifikasi yang dinilainya sangat mempengaruhi penjualan dan merugikan penjual parcel seperti dirinya. “Kalau kenaikan bahan baku sih saya rasa tidak, kalau naik pun tidak akan terlalu berpengaruh,” lanjutnya.
Begitupun dengan Lia, pedagang parcel yang tak beda jauh dengan Rahma, mengeluhkan kondisi bisnis parcel saat ini. Biasanya dia menerima sekitar 30-50 pesanan parcel. Pelanggannya biasanya memesan parcel seminggu sebelum hari H, atau ada juga yang langsung membeli parcel yang di display di toko miliknya. “Langganan tetap sih sudah ada, waktu awal tahun 2000 itu kalau mau lebaran atau Natal saya bisa terima lebih dari 150 pesanan parcel, tetapi semakin kesini semakin kurang peminatnya,” ungkapnya
Komentari tentang post ini