JAKARTA – Pengamat pasar uang Ariston Tjendra menilai, kurs rupiah berpotensi menguat seiring aksi buy on dip (membeli saat harga turun) karena harga telah tertekan cukup dalam di tengah ancaman penerapan kebijakan tarif dari Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump terhadap Meksiko, Kanada, dan China.
Pagi ini, nilai tukar emerging market terhadap dolar AS cukup dengan rata-rata mengalami penguatan. Begitu pula dengan indeks saham Asia yang menunjukkan capaian positif.
“Di tengah ancaman penerapan kenaikan tarif dari Presiden Trump untuk Meksiko, Kanada dan China, pelaku pasar kembali masuk ke aset berisiko pagi ini. Bisa saja ini sebagai aksi buy on dip karena harga telah tertekan cukup dalam,” ungkapnya kepada ANTARA di Jakarta, Senin (3/3).
Berdasarkan keadaan tersebut, dia memperkirakan kurs rupiah menguat terhadap dolar ke arah Rp16.500 dengan potensi resisten di kisaran Rp16.600.
Kendati demikian, sentimen dari kebijakan tarif AS masih berlangsung. Artinya, niat Trump untuk mengenakan tarif yang lebih tinggi belum redup.