JAKARTA – Nilai tukar rupiah selama perdagangan sepekan cenderung melemah karena faktor ekternal terkait data-data ekonomi global yang masih lemah, baik di Eropa maupun Amerika Serikat (AS).
Sentimen cenderung melemah selama sepekan.
“Meski di awal pekan terapresiasi oleh positifnya data ekonomi dalam negeri, namun diturunkannya outlook ekonomi oleh Standard & Poor membuat rupiah kembali tertekan. Kurs tengah BI dan di pasar spot antar bank juga melemah sepanjang satu pekan ini, ujar analis valas PT Bank Saudara Tbk, Rully Nova di Jakarta, Jumat (3/5).
Menurut dia, faktor eksternal sangat dominan menekan rupiah. Salah satunya dipicu oleh rilis data Producer Price Index (PPI) Eropa yang turun menjadi -0,2 persen dari publikasi sebelumnya 0,2 persen.
Ekspektasi pasar itu, kata dia, juga tertuju pada pernyataan The Fed yang akan mengubah program pembelian obligasinya jika kondisi tenaga kerja dan inflasi berubah.
“Pasar masih menantikan data non-farm payrolls AS. Sejumlah analis memprediksi angkanya naik jadi 150 ribu dari publikasi sebelumnya 88 ribu. Apalagi, tingkat pengangguran AS diprediksi bertahan di level 7,6 persen,” tutur dia.