Dia mengungkapkan jika inovasi proses pengolahan produk sawit diperbaharui, maka total bisnis sawit di tahun 2028 bisa mencapai USD 107,02 Milyar USD atau pertumbuhan usaha di bidang Industri Sawit bisa tumbuh sebanyak 70,1 persen.
“Kuncinya adalah mereplanting 485.000 ha per tahun. Petani itu harus dibina, jangan dibinasakan. Maka perlu dibantu. Lalu manfaatkan biomass. Per satu ton sawit, bisa 8-9 ton biomass. Rapeseed 1 ton biomass. Kita punya banyak tapi tidak termanfaatkan,” ungkap Sahat.
Hilirisasi Produk Sawit Diprediksi Tembus USD 107,02 miliar Pada 2028
Sementara itu, kontribusi sawit terhadap perekonomian nasional akan meningkat berkali-kali lipat lewat hilirisasi.
Dengan penggunaan teknologi terbaru, replanting hingga diatur oleh satu badan, bisnis sawit pada tahun 2028 bisa mencapai USD 107,02 miliar atau sekitar Rp15 ribu triliun.
Dalam sambutannya, Ketua Pelaksana Workshop Jurnalis Industri Hilir Sawit, Qayuum Amri mengatakan bahwa hilirisasi sawit bukan hanya minyak goreng dan mentega saja.
Tetapi juga bisa menghasilkan kosmetik, skincare, lipstick, hingga bio energi.
“Dengan diskusi ini, teman-teman media bisa nanti mengetahui industri hilir sawit sudah sejauh mana dalam 2-3 tahun terakhir ini. Berdasarkan data GAPKI, hampir 80 persen ekspor sawit Indonesia saat ini sudah produk hilir. Hanya sekitar 10-20 persen yang berupa CPO,” jelas Qayuum.
Adapun pembicara yang hadir antara lain Achmad Maulizal (Kepala Divisi Perusahaan BPDPKS), Dr. Setia Diarta (Direktur Industri Hasil Hutan dan Perkebunan Kementerian Perindustrian), Sahat Sinaga (Plt. Ketua Umum DMSI), Rapolo Hutabarat (Sekjen Apolin), Fenny Sofyan (Ketua Kompartemen Media Relation GAPKI), dan Prof. Dr. Ir. Lienda Aliwarga, Guru Besar ITB.
Komentari tentang post ini