Sebab kata Said, tidak ada satupun umat Islam yang tidak membutuhkan sholawat. “Badan kita, butuh terhadap amalan sholawat itu. Masa urusan sholawat harus minta?. Kalau sampean minta saya ke pakde Karwo agar sholawat di Kantor Gubernuran, itu tidak mungkin karena saya salah satu kandidat calon wakil gubernur Jawa Timur,” jelas Said.
“Tetapi, kalau urusan sholawat, jika sebelum puasa mau digelar, mari kita semua bersholawat di kantor Gubernuran. Tidak usah menunggu saya jadi wakil gubernur. Wong membaca sholawat bisa dimanapun,” jawab Said. Menurut Said, sholawat ini milik umat dan sudah menjadi kebutuhan. “Sebagai calon wakil gubernur Jawa Timur, saya tidak mau berjanji. Tetapi, nawaitu saya, suarakan apa yang dinginkan. Saya akan mendengar,” imbuh dia.
Jika para pengamal sholawat wahibiah menginginkan semaraknya pondok pesantren maka wajib dilakukan sebagai gubernur dan wakil gubernur Jawa Timur.
“Jangan seakan-akan kami berdiri didepan bapak ibu paling tau kebutuhannya. Kami tidak ingin diatas rakyat. Kami ingin menangis bersama rakyat, kami ingin duduk bersama rakyat dan kami ingin berjalan bersama rakyat. Itulah esensi pemimpin,” tutur Said.
Said yang juga Anggota Komisi VIII DPR ini mengatakan  pemimpin harus hadir ditengah rakyat jika rakyat kesulitan. “Dan bukan pemimpin namanya kalau hanya bisa bicara, bangun ini, bangun itu, tetapi rakyat tetap miskin. Itu yang tidak saya inginkan ketika saya dipercaya untuk memimpin Jawa Timur ini,” pungkas dia.
Di akhir acara, Said Abdullah memberikan kenang-kenangan kepada jamaah Wahidiyah berupa Al-Quran. Setelah dari Nganjuk, rombongan Said melanjutkan silaturahmi Pondok Pesantren, Kedunglo yang diasuh KH Abdul Hamid Najib di Kediri. Dari Kediri, rombongan Said melanjutkan perjalanan ke Pasuruan.
Komentari tentang post ini