Oleh: Emrus Sihombing
Apa jadinya ketika juru bicara (jubir) bukan seorang komunikolog? Pertanyaan setara, apa jadinya ketika menteri kesehatan dari seorang komunikolog. Jawabanya sederhana, kurang produktif melaksanakan tugasnya. Itulah yang terjadi ketika seorang ditempatkan pada posisi yang tidak lenear dengan kompetensinya.
Satu penggalan isi pesan jubir penanganan Covid-19, Achmad Yurianto (AY), menimbulkan sejumlah pandangan keberpihakan kepada sekelompok masyarakat yang berada pada status sosial belum beruntung secara ekonomi.
Dari aspek Ilmu Komunikasi, saya melihat dalam menyampaikan penggalan isi pesan tersebut ke ruang publik, tampaknya AY belum punya cukup waktu mempertimbangkan aspek aksiologinya. Ini dapat kita maklumi karena AY memikul beban tugas yang sangat luar biasa dan komplek. Selain jubir, ia juga Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit di Kemenkes.
Oleh karena itu, dari sudut kompetensi dan jabatanya, sejatinya AY menjadi salah satu “nakoda” penanganan penyebaran dan dampak covid-19 dari aspek virologi.
Komentari tentang post ini