Politikus asal Yogyakarta itu mencontohkan Ketua Umum PDIP Prof. Dr. (H.C) Megawati Soekarnoputri yang kantor partainya diserang oleh rezim otoriter karena memperjuangkan kebenaran.
“Jadi, di dalam cerita wayang ini hati-hati. Kita juga kalau melihat adanya ketidakadilan. Jangan diam seperti Kumbokarno ini, harus berani berjuang, meskipun risikonya harus diintimidasi, harus dikriminalisasi,” kata Hasto.
Kesatria kedua ialah Adipati Karna yang wajahnya mirip sekali dengan Arjuna.
Hasto mengisahkan karena ada kemiripan antara keduanya Dewa salah memberikan senjata.
Singkatnya, terjadi perebutan senjata antara Adipati dengan Arjuna.
“Jadi, kalau tadi dia sudah yang bertapa bukan karena dia menerima senjata meskipun dia yang bukan bertapa Ini juga banyak terjadi. Banyak orang yang tidak mau susah-susah. Untuk mendapatkan senjata, bagi kekuasaannya itu seperti Karna itu. Nah, Karna saudara-saudara sekalian ini mengabdi kepada orang yang memberikan pangkat, orang yang memberikan adipati, sekarang ini juga banyak orang yang takut berjuang karena wataknya seperti Karna mengabdi kepada siapa yang memberikan jabatan, siapa yang memberikan pangkat, bukan kepada rakyat, bangsa, dan negara yang harusnya dibela. Ini dari cerita wayang itu tentang Karna,” kata Hasto.