Dibawah todongan senjata dan bayonet menempel di leher, pak Peter dengan insting orang tua kepada anaknya berupaya memeluk dan melindungi putranya. Saya dan teman lain ikut melerai sambil mengawasi mobil yang digunakan untuk menyembunyikan Yeni Rosa Damayanti beberapa meter dari tempat kejadian.
Pada akhirnya kami lolos naik Hercules bersama pengungsi lain menuju Kupang dan menginap dua hari di rumah keluarga pak Peter. Semua pengalaman itu dituangkan dalam tulisan apik dan detil oleh pak Peter di koran Suara Pembaruan secara berseri.
Menjelang jatuhnya presiden Gus Dur dari kekuasaan, saya bertemu kembali dengan pak Peter. Ketika Gus Dur mengumumkan Dekrit pembubaran DPR dan partai Golkar, saya sengaja tidak ikut kawan-kawan aktivis masuk ke istana dalam rangka memberi support kepada Gus Dur.
Dengan seorang kawan saya berkeliling Monas melihat tentara yangg berkemah dan menggelar persenjataan berat di sana.
Lalu saya lewat Polda dan Mabes Polri. Hampir tidak ada pergerakan pasukan untuk melaksanakan perintah eksekutif presiden dalam rangka mengamankan Dekrit itu. Saya langsung bergumam: “Wah, Gus Dur kelihatannya bakalan jatuh nih”, karena tidak ada kekuatan politik efektif yang bisa digerakkan untuk melaksanakan dekritnya.
Komentari tentang post ini