JAKARTA-Hari Jantung Sedunia (World Heart Day) jatuh setiap tanggal 29 September sebagai momentum untuk mengajak masyarakat akan pentingnya menjalankan gaya hidup sehat sebagai upaya mengurangi risiko penyakit kardiosvaskular. Berdasarkan Kementerian Kesehatan RI hampir 40% penderita jantung di Indonesia berusia 44 tahun ke bawah dan 22% diantaranya bahkan masih dalam usia produktif.
Data Departemen Kesehatan pada 2014 juga menunjukkan bahwa Penyakit Jantung Koroner (PJK) menjadi penyebab kematian tertinggi pada semua umur setelah stroke yakni sebesar 12,9%.
Health Claim Senior Manager Sequis dr. Yosef Fransiscus menjelaskan berbagai hal bisa menjadi penyebab terjadinya penyakit jantung, diantaranya adalah gaya hidup modern, stress tinggi, lingkungan tidak sehat serta pola makan yang berlebihan (terlalu banyak kalori, gula, tepung, gluten dan garam).
“Salah satu dampak dari kebiasaan tersebut adalah penyakit jantung koroner yang merupakan penyakit jantung yang paling banyak terjadi di Indonesia dan paling sulit terdeteksi gejalanya,’ ujarnya di Jakarta, Kamis (27/9).
Menurutnya, penyakit jantung koroner terjadi karena adanya aliran darah ke jantung yang terhambat lemak. Penimbunan lemak dalam pembuluh darah arteri jantung ini dikenal dengan istilah aterosklerosis. Selain mengurangi suplai darah ke jantung, aterosklerosis juga menyebabkan terbentuknya trombosis atau penggumpalan darah.
Sehingga menyebabkan aliran darah ke jantung terblokir dan terjadi Infark Miokard (serangan jantung).
Fakta di atas, menjadi indikasi perlunya mendeteksi dini dengan memeriksa tekanan darah serta melakukan tes darah.
“Tes darah untuk memeriksa kadar natrium, kalium, albumin dan kreatinin Anda merupakan salah satu hal yang saya sarankan untuk mendeteksi dini penyakit jantung. Tingkat abnormal bisa menunjukkan masalah dengan organ seperti ginjal dan hati, tanda-tanda gagal jantung. Tes darah juga dapat mengukur kadar kolesterol Anda yang berpengaruh pada kesehatan jantung,” ujar dokter Yosef.
Komentari tentang post ini