Dipanggung lain, Max menjalani peran acting sebagai pelawak, yang kemunculannya selalu ditunggu-tunggu.
Bersama Pontius Mudin, Poli Sola, Sixtus Harson, kemunculan mereka dipanggung selalu mengocok perut. Sahutan antara terbahak-bahak dan terkekeh-kekeh tiada henti oleh akting mereka yang tidak terduga-duga. Praeses Seminari saat itu, Rm Alfons Segar tidak lepas dari bahan lawakan mereka.
Singkatnya dalam seluruh kiprah mereka selalu membuat orang tertawa. Hidup dibuat indah, rileks dan tidak tegang saat bersama mereka.
Melayang Jadi seorang intelektual
Dalam perjalanan selanjutnya Maksi banyak hadir sebagai intelektual hebat. Pendapatnya bertebaran di mana-mana baik lewat buku atau opini diberbagai media.
Wajahnya juga sering terlihat di meja seminar membagikan pemikirian kritisnya.
Tidak heran bila pendapatnya selalu ditunggu-tunggu. Ibu Ery Seda, yang pernah menjadi salah satu dosennya mengungkapkan kekagumanny.
“Romo Maksi, mahasiswa sangat special, saat kuliah di UI dulu. Sering berdiskusi dan berdialog dengan saya di luar kuliah. Ia sangat mendukung saat melanjutkan doktoralnya di Tilburg, Belanda. Kampus yang sama dengan ayahanda, Frans Seda.
Komentari tentang post ini