Saat ini, untuk mengimpor minyak mentah dan BBM itu, Indonesia harus mengalirkan devisa sebesar US$ 100 juta atau sekitar Rp 1,2 triliun ke luar negeri per hari. Sebagai net importer minyak, penurunan nilai tukar rupiah, tentu akan menaikkan beban subsidi BBM di APBN. “Konversi BBM ke bahan bakar gas (BBG) adalah salah satu strategi yang bagus untuk ketahanan energi sekaligus mengurangi beban subsidi itu,” kata Marzuki.
Indonesia kata Marzuki memiliki cadangan gas yang cukup besar. Namun belum sepenuhnya dimanfaatkan untuk kepentingan nasional karena sekitar setengahnya diekspor. Peningkatan pemanfaatan gas untuk dalam negeri ini harus ditekankan. Meski demikian, melupakan minyak sebagai sumber energi juga tak bisa dilakukan. Karena itulah peningkatan produksi nasional mesti digenjot plus penambahan kilang-kilang minyak baru yang mengolah minyak menjadi BBM juga dilakukan.
Agar konversi BBM ke BBG berjalan dengan baik, kata Marzuki, perlu kerjasama antar semua pihak, termasuk BUMN energi yaitu Pertamina dan PGN. “Kisruh antara Pertamina dan PGN tentang siapa mengakuisisi siapa, sama sekali tidak relevan dalam konteks ketahanan energi nasional dan kestabilan perekonomian nasional,” katanya.
Komentari tentang post ini