Selain itu juga menjadi pengatur tata air (catchment area) secara alami.
Dewasa ini, sektor karet alam mengalami tekanan ekonomi yang paling berat dalam sejarah perkaretan modern Indonesia.
Mulai dari munculnya wabah penyakit gugur daun (Pestalotiopsis sp) yang membuat produksi per hektar turun hingga 50%, depresi harga menahun selama satu dekade sejak 2011, hingga dampak perubahan cuaca El-Nino.
Dampak ekonomi dari pandemi COVID-19 yang terjadi memperjelas rentannya keberlanjutan karet alam mengingat semua pelaku usaha saling terkait dalam satu rantai nilai.
Menurunnya kegiatan produksi ban dunia membawa reaksi berantai terhadap fenomena keterpurukan industri pengolahan karet nasional dan bermuara pada kenaikan tingkat kemiskinan petani karet di banyak sentra perkebunan karet di Indonesia.
“SNARPI dibentuk atas dasar kesadaran untuk menjawab tantangan-tantangan tersebut dan memastikan keberlanjutan karet alam. Hal ini perlu melibatkan partisipasi dari seluruh pelaku ekonomi dari sektor hulu perkebunan hingga sektor hilir industri manufaktur barang jadi karet dalam satu irama,” tambah Musdhalifah.
Komentari tentang post ini