Konflik batin, ketika saya mengangkat pena dan menulis kisah ini.
Di satu sisi, saya pernah dilayani Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pasar Rebo, Jakarta Timur, meski dengan kondisi sangat minimalis.
Itu beban moral yang cukup tinggi bagi saya. Namun di sisi lain, peristiwa yang saya alami tanggal 16 Oktober 2015 hingga 19 Oktober 2015 begitu menyayat hati dan menggugah nurani.
Saya tidak bisa berdiam diri.
Konflik batin ini akhirnya saya abaikan, lalu memutuskan menulis kisah ini bagi publik, terutama ditujukan pada Bapak Gubernur DKI Basuki Tjahja Purnama (Ahok) selaku penguasa tertinggi yang berwenang terhadap RSUD Pasar Rebo.
Keputusan saya tentu bukan berdasarkan niat menghujat, balas dendam, tetapi demi satu tujuan agar manajemen RSUD Pasar Rebo dibenahi ke arah yang lebih baik.
RS bagi mayoritas rakyat miskin itu harus diberdayakan dan segera hapus segala praktik mafia, percaloan, dll dari manajemen kesehariannya.
4 Hari di IDG dan “Tak Punya Kamar”
Kisah yang menimpa saya bermula, Jumat (16/10) ketika saya memenuhi jadwal Rawat Jalan di Poli Penyakit Dalam.
Komentari tentang post ini