Meskipun 84% konsumen di Indonesia percaya bahwa iklan bertarget (targeted advertising) melalui penggunaan cookie dapat menyebabkan masalah privasi data, secara umum mereka mengakui bahwa berbagi data pihak ketiga berguna dalam mengkustomisasi pengalaman konsumen. Dibandingkan negara lain di Asia Pasifik, konsumen di Indonesia paling tidak keberatan menerima email terkait dari suatu brand setelah mereka mengizinkan penggunaan semua jenis cookie di situs web (52%).
Konsumen di Indonesia juga memiliki tingkat kesadaran yang cukup tinggi mengenai wacana pengakhiran cookie, di mana 69% mengetahui adanya rencana Google untuk menghapus penggunaan cookie pihak ketiga pada peramban Chrome di tahun 2024.
Selain itu, 50% konsumen di Indonesia menganggap pembatasan penggunaan data pihak ketiga sebagai suatu perkembangan luar biasa karena bagi mereka privasi data pribadi adalah prioritas utama – lebih tinggi dari negara mana pun di Asia Pasifik.
Terkait berbagi data, 87% – melampaui negara Asia Pasifik lainnya – konsumen di Indonesia, alih-alih melalui pihak ketiga, merasa nyaman terlibat dengan brand yang memperoleh data secara langsung dari mereka.
Konsumen juga lebih mungkin berbagi informasi jika tersedia insentif dari brand, seperti imbalan berupa uang, kupon potongan harga, dan poin loyalty adalah bentuk insentif yang paling efektif di Indonesia.
“Dewasa ini, konsumen mengharapkan brand akan melindungi data mereka dan bersikap terbuka mengenai bagaimana data tersebut digunakan. Skeptisisme terhadap data pihak ketiga, bersama dengan adanya kerelaan untuk berbagi data dengan brand terpercaya, telah mendorong terciptanya berbagai peluang baru dan membuka jalan menuju sebuah ekosistem berbagi data yang sehat dan berkelanjutan di Indonesia maupun di seluruh kawasan Asia Pasifik,” simpul Nicholas Kontopoulos, Vice President of Marketing, Asia Pacific & Japan.